Sungguh ironis. Di
tengah semakin populernya kartu ATM untuk transaksi bisnis di Indonesia,
ternyata sistem keamanan yang dipergunakan sangat lemah. Solusi untuk mengatasi
kelemahan tersebut adalah dengan menggunakan teknologi biometrik. Teknologi ini telah digunakan oleh group perbankan
terbesar di Korea Selatan, Woori Bank, untuk melindungi keamanan pemakaian
kartu ATM oleh nasabahnya (Biometric
Technology Today, September 2004).
Teknologi biometrik
dalam ATM bekerja berdasarkan kombinasi kartu ATM, pin dan sidik jari pengguna.
Kalau toh penjahat berhasil mencuri ATM dan pin, mereka tidak akan dapat
mempergunakannya karena jelas sidik jari yang dimiliki berbeda. Mesin ATM akan
menolaknya begitu kombinasi dari kartu ATM, pin atau sidik jari tidak sama.
Apakah sidik jari tidak
dapat dicopy seperti halnya kartu ATM? Teknologi biometrik terkini mengharuskan
sidik jari asli yang menempel di mesin fingerprint.
Dengan demikian, kalau lah penjahat berhasil mengcopy sidik jari nasabah, mereka
akan sia-sia karena fingerprint tidak
akan memprosesnya.
Menggunakan teknologi
biometrik memang menjadikan kartu ATM tidak bisa leluasa dipindahtangankan
kepada orang terdekat kita. Kartu ini menjadi benar-benar pribadi. Itulah
sebuah pilihan teknologi, mau aman dengan sedikit terkurangi keleluasaannya
atau mau benar-benar leluasa, tetapi kerugian mengancam kita.
Teknologi seperti ini
harus sudah terdapat di Indonesia karena kemanan melalui sidik jari yang
mengharuskan menggunakan sidik jari asli pengguna sangatlah berguna. Pengguna pun
akan merasa lebih aman selain kartu ATM selanjutnya nomor pin dan ditambah
dengan sidik jari yang setiap orang memiliki sidik jari yang berbeda dan
disebutkan finggerprint tidak akan memproses apabila bukan sidik jari asli.
Perbankan Indonesia
sudah seharusnya memiliki teknologi ini demi meningkatkan keamanan nasabah
untuk melakukan transaksi dimana pun.
Sumber :